Tersebutlah
disuatu desa, hidup 3 anak cadel. Mereka
berteman sejak SD.
Awal mereka bertemu karena Rini Andani, bocah perempuan polos yang tidak punya teman dan sulit bergaul karena dia masih agak cadel huruf R. Ketika Rini sedang duduk sendiran di taman sekolah, Ronaldo Febri, teman sekelasnya mengajak bermain bersama. Karena Ronaldo juga cadel R, dengan polosnya dia memanggil Rini menjadi "Yin" Rini pun terhibur dengan tingkah polos Ronal, dan malah memanggil balik dengan panggilan "Yon" semenjak itu mereka berdua mulai akrab.
Ketika mereka berdua naik ke kelas 4, ada seorang murid pindahan dari kota bernama Ariansyah Pradana. Tapi karena merasa asing dengan yang lain, dia menjadi tertutup. Yin dan Yon memutuskan untuk mengajaknya bermain. Awalnya Arian membalasnya dengan jutek. Tapi Yon masih keras kepala untuk mengajaknya bermain. Dan tanpa sengaja Yon malah berkata "Yiaan.. Yaaan.. Ayiiansyaah ayoo maain sama kitaa" Yin pun tersenyum dan berkata "ayook yaan, kitaa maiin" sambil menyodorkan tangannya.
Seketika, Arian terpesona dengan senyum Yin.
"Siapaa nama kalian?" Tanya Arian.
"Namaku Yini Andani. Panggil saja Yin"
"dan aku yonaldo febyii. Panggil saja Yon"
"Kami berdua itu cadel huyuf eiyrr"
"Kalian cadel? Hmm.. Sepertinya kita sama.. Aku juga cadel. Makanya agak menjauh kayena malu" Yin dan Yon agak terkejut mendengar itu.
"Kalau begitu kita panggil kamu Yan ajaa yaa!!! Jadi ada Yin, Yan, dan Yon. Kita sekarang sahabat yaa!!!" Ucap Yon dengan semangat.
Sungguh hari itu sangat berkesan untuk mereka bertiga. Yan yang terpesona dengan senyum Yin, Yin yang menyukai sifat keceriaan Yon, dan Yon yang gembira karena mempunyai dua sahabat. Inilah awal persahabatan mereka. Atau mungkinkah awal cinta segitiga? Semenjak itu, mereka bertiga selalu bermain bersama.
ketika masuk smp, mereka terpisahkan. Yon masih tetap tinggal di desa itu. Yin pindah ke Jakarta. Dan Yan pindah untuk sementara ke Jerman karena urusan orang tua nya. Semenjak itu, mereka saling tidak mengetahui kabar masing masing. Entah kapan mereka akan bertemu lagi, suatu saat mungkin takdir akan mempertemukan mereka.
Hingga kelas 3 SMA. Yon memutuskan untuk pindah sekolah ke Jakarta dengan alasan ingin menambah ilmu dan pengalaman disana. Tidak disangka, Yon berhasil masuk di salah satu sma negri favorite dengan hasil test yang tinggi. Di Jakarta Yon hanya bisa menduga duga bagaimana kabar Yin dan bisakah dia bertemu dengannya? Takdir mempertemukan mereka kembali, ternyata Yon satu kelas dengan Yin. Yon sangat pangling ketika bertemu kembali dengan Yin. Rambut Yin yang pirang sekarang bertambah panjang. Badannya bagus, dan tinggi nya yang bertambah. Beda dengan terakhir kali Yon bertemu dengannya.
“Yon? Benarkah itu lo?” panggil Yin
“iya Yin. Do you still remember me?”
“yaampun Ronaldo Febri!!! I miss you so much!!! Masih cadel ga lo? Hehe” dan tanpa sadar, Yin memeluk Yon. Seketika, perasaan Yin kembali saat pertama mengenal Yon.
“hehe udah ga begitu kok. Sepertinya hehe”
Awal mereka bertemu karena Rini Andani, bocah perempuan polos yang tidak punya teman dan sulit bergaul karena dia masih agak cadel huruf R. Ketika Rini sedang duduk sendiran di taman sekolah, Ronaldo Febri, teman sekelasnya mengajak bermain bersama. Karena Ronaldo juga cadel R, dengan polosnya dia memanggil Rini menjadi "Yin" Rini pun terhibur dengan tingkah polos Ronal, dan malah memanggil balik dengan panggilan "Yon" semenjak itu mereka berdua mulai akrab.
Ketika mereka berdua naik ke kelas 4, ada seorang murid pindahan dari kota bernama Ariansyah Pradana. Tapi karena merasa asing dengan yang lain, dia menjadi tertutup. Yin dan Yon memutuskan untuk mengajaknya bermain. Awalnya Arian membalasnya dengan jutek. Tapi Yon masih keras kepala untuk mengajaknya bermain. Dan tanpa sengaja Yon malah berkata "Yiaan.. Yaaan.. Ayiiansyaah ayoo maain sama kitaa" Yin pun tersenyum dan berkata "ayook yaan, kitaa maiin" sambil menyodorkan tangannya.
Seketika, Arian terpesona dengan senyum Yin.
"Siapaa nama kalian?" Tanya Arian.
"Namaku Yini Andani. Panggil saja Yin"
"dan aku yonaldo febyii. Panggil saja Yon"
"Kami berdua itu cadel huyuf eiyrr"
"Kalian cadel? Hmm.. Sepertinya kita sama.. Aku juga cadel. Makanya agak menjauh kayena malu" Yin dan Yon agak terkejut mendengar itu.
"Kalau begitu kita panggil kamu Yan ajaa yaa!!! Jadi ada Yin, Yan, dan Yon. Kita sekarang sahabat yaa!!!" Ucap Yon dengan semangat.
Sungguh hari itu sangat berkesan untuk mereka bertiga. Yan yang terpesona dengan senyum Yin, Yin yang menyukai sifat keceriaan Yon, dan Yon yang gembira karena mempunyai dua sahabat. Inilah awal persahabatan mereka. Atau mungkinkah awal cinta segitiga? Semenjak itu, mereka bertiga selalu bermain bersama.
ketika masuk smp, mereka terpisahkan. Yon masih tetap tinggal di desa itu. Yin pindah ke Jakarta. Dan Yan pindah untuk sementara ke Jerman karena urusan orang tua nya. Semenjak itu, mereka saling tidak mengetahui kabar masing masing. Entah kapan mereka akan bertemu lagi, suatu saat mungkin takdir akan mempertemukan mereka.
Hingga kelas 3 SMA. Yon memutuskan untuk pindah sekolah ke Jakarta dengan alasan ingin menambah ilmu dan pengalaman disana. Tidak disangka, Yon berhasil masuk di salah satu sma negri favorite dengan hasil test yang tinggi. Di Jakarta Yon hanya bisa menduga duga bagaimana kabar Yin dan bisakah dia bertemu dengannya? Takdir mempertemukan mereka kembali, ternyata Yon satu kelas dengan Yin. Yon sangat pangling ketika bertemu kembali dengan Yin. Rambut Yin yang pirang sekarang bertambah panjang. Badannya bagus, dan tinggi nya yang bertambah. Beda dengan terakhir kali Yon bertemu dengannya.
“Yon? Benarkah itu lo?” panggil Yin
“iya Yin. Do you still remember me?”
“yaampun Ronaldo Febri!!! I miss you so much!!! Masih cadel ga lo? Hehe” dan tanpa sadar, Yin memeluk Yon. Seketika, perasaan Yin kembali saat pertama mengenal Yon.
“hehe udah ga begitu kok. Sepertinya hehe”
“hehe ngerti kok Yon ngertii. Btw, kok lo pindah ke Jakarta?”
“ya karena pengen mendalami dan cari pengalaman aja Yin disini. Oiya kabar Yan kapan kembali ke Indonesia ya?”
“gue gatau Yon, semoga kabar dia baik baik aja disana”
“iyaa Yiin, kita yang disini tunggu kedatangan dia kembali sajadeh”
‘Yon.. gue seneng bisa ngeliat keceriaan lo lagi. Gue seneng gaada yang berubah sama sekali dari sifat lo yang peduli sama sahabat. Gue gatau bakal kayak gimana nanti kedepannya kalo sama sama terus dengan lo. Gue gamau persahabatan kita rusak karena perasaan gue ini. lebih baik gue menahan rasa ini saja’ Yin berfikir demikian. Sudah 10 tahun Yin menyimpan perasaan khusus untuk Yon. Yin selalu bertanya dalam hati, ‘kenapa rasa ini ga bisa hilang? Mungkinkah karena dia orang yang berarti dalam hidup gue?’ tapi menurut Yin, jalani saja apa yang ada, jodoh itu ga kemana mana.
“ya karena pengen mendalami dan cari pengalaman aja Yin disini. Oiya kabar Yan kapan kembali ke Indonesia ya?”
“gue gatau Yon, semoga kabar dia baik baik aja disana”
“iyaa Yiin, kita yang disini tunggu kedatangan dia kembali sajadeh”
‘Yon.. gue seneng bisa ngeliat keceriaan lo lagi. Gue seneng gaada yang berubah sama sekali dari sifat lo yang peduli sama sahabat. Gue gatau bakal kayak gimana nanti kedepannya kalo sama sama terus dengan lo. Gue gamau persahabatan kita rusak karena perasaan gue ini. lebih baik gue menahan rasa ini saja’ Yin berfikir demikian. Sudah 10 tahun Yin menyimpan perasaan khusus untuk Yon. Yin selalu bertanya dalam hati, ‘kenapa rasa ini ga bisa hilang? Mungkinkah karena dia orang yang berarti dalam hidup gue?’ tapi menurut Yin, jalani saja apa yang ada, jodoh itu ga kemana mana.
Di kelas tiga ini, mereka berdua
berjuang keras untuk kelulusan masing masing. Yin dan Yon selalu belajar
bersama. Kadang mereka suka membicarakan ingin jadi apa dimasa depan kelak dan
ketika Yin mulai cape dengan semuanya, Yon selalu menyemangatinya. Yin sungguh
bersyukur punya sahabat seperti Yon. Sangat berat baginya untuk kehilangan
sahabat seperti dia.
Hingga akhirnya mereka lulus dengan
nilai yang memuaskan dan diterima di perguruan tinggi negri yang diinginkan. Karena
faktor kuliah, mereka pun berpisah lagi. Yin menetap di Jogja. Dan Yon di Bandung. Dalam hati, Yin sangat
merasa sedih berpisah lagi dengan sahabat sekaligus cinta pertamanya itu. Bagi Yin,
ada sedikit rasa penyesalan dan pertanyaan. Kenapa sampai saat ini gue gapernah bicara
soal cinta gue sama Yon? Dan kenapa Yon engga pernah cerita soal cinta nya ke
gue?
Mungkin suatu saat, pertanyaan itu akan terjawab.
Yin pun memulai hidup baru di Jogja. Dia mencoba untuk terbiasa mandiri. Sudah tiga hari setelah ospek di kampus. Dan sekarang statusnya sudah bukan siswi, tapi menjadi mahasiswi. Mungkin menurut Yin, memang banyak pria tampan yang menawan. Tapi tetap saja, Yon tak akan terganti untuknya. Yin berjalan sambil memikirkan kabar Yon dan tiba tiba dia menabrak seorang pria.
“aahh.. maaf ga sengajaa”
“Yin?”
“Yan..? Ariansyah Pradana?” Betapa terkejutnya Yin, ternyata orang yang ditabrak itu adalah Yan, sahabat kecilnya.
“gue ga nyangka bisa ketemu lo disini. Jurusan apa deh lo Yin?”
“gue sastra inggris yan,lo? Btw, sejak kapan lo balik ke Indonesia?”
“kok kita sama deh Yin? Haha. Sejak gue lulus SMA Yin”
“waahh.. kita sama sama berjuang yak Yan!!!”
“hehe iya Yin. Gimana ya kabar Yon?”
“dia baik baik kok yan. Kelas tiga SMA dia sempet pindah ke Jakarta dan satu sekolah sama gue. Sekarang dia kuliah di perguruan tinggi negri di Bandung”
“oohh.. seru dong masa SMA bisa main lagi sama dia. Sekarang pas kuliahnya pisah eh ketemu nya sama gue. Dunia itu sempit yak Yin”
“iyaa yan, mau bareng gaa?” Yin menyodorkan tangannya kepada Yan
Mungkin suatu saat, pertanyaan itu akan terjawab.
Yin pun memulai hidup baru di Jogja. Dia mencoba untuk terbiasa mandiri. Sudah tiga hari setelah ospek di kampus. Dan sekarang statusnya sudah bukan siswi, tapi menjadi mahasiswi. Mungkin menurut Yin, memang banyak pria tampan yang menawan. Tapi tetap saja, Yon tak akan terganti untuknya. Yin berjalan sambil memikirkan kabar Yon dan tiba tiba dia menabrak seorang pria.
“aahh.. maaf ga sengajaa”
“Yin?”
“Yan..? Ariansyah Pradana?” Betapa terkejutnya Yin, ternyata orang yang ditabrak itu adalah Yan, sahabat kecilnya.
“gue ga nyangka bisa ketemu lo disini. Jurusan apa deh lo Yin?”
“gue sastra inggris yan,lo? Btw, sejak kapan lo balik ke Indonesia?”
“kok kita sama deh Yin? Haha. Sejak gue lulus SMA Yin”
“waahh.. kita sama sama berjuang yak Yan!!!”
“hehe iya Yin. Gimana ya kabar Yon?”
“dia baik baik kok yan. Kelas tiga SMA dia sempet pindah ke Jakarta dan satu sekolah sama gue. Sekarang dia kuliah di perguruan tinggi negri di Bandung”
“oohh.. seru dong masa SMA bisa main lagi sama dia. Sekarang pas kuliahnya pisah eh ketemu nya sama gue. Dunia itu sempit yak Yin”
“iyaa yan, mau bareng gaa?” Yin menyodorkan tangannya kepada Yan
Seketika, Yan ingat ketika pertama
kali bertemu Yin. Entah kenapa, baginya senyum Yin waktu itu sungguh berkesan. Tapi
waktu dulu dia selalu berfikir, ‘gue berani bertaruh. Dia pasti suka sama Yon. Daripada
gue patah hati disaat itu juga, lebih baik gue menunggu waktu yang tepat ’ ini
memang saat yang tepat untuk Yan mendekati Yin.
Yan mencoba selalu memberi yang terbaik untuk Yin. Berusaha supaya Yin menganggapnya lebih dari seorang sahabat . Yan selalu ada mulai dari Yin senang maupun sedih. Tapi tidak pernah sekalipun mereka berdua membahas tentang percintaan masing masing. Hingga akhirnya ketika mereka berdua berada dalam suatu cafe..
“Yaan.. gue pengen cerita soal sesuatu deeh..”
“kenapa Yin? Pasti soal Yon? Haha” Yan sengaja membahas soal Yon untuk mengetahui perasaan Yin.
“Kok taau si Yaan? Haha. Gue kangen dia. Gue kangen masa masa kita masih maen bersama Yan”
“lo kangen dia apa kangen persahabatan kita? Masih aja belom Move On Yin” Yan sedikit lemas mendengar perkataan Yin.
“Move On? Kayak nya susah Yan, gatau kenapa. Kangen pas kita maen bareng bareng tau Yan”
“cari dong yang baru, kan banyak yang ganteng contohnya gue nih ganteng haha. Sama gue juga kangen Yin haha”
“haha iya emang, gue akuin kok sekarang lo ganteng Yan. Kapan kapan maen yuukk, nanti gue hubungin Yon deh”
“haha oke kabarin gue aja Yin”
“iyaa, gue duluan yak Yon ada acara sama temen nih”
“hati hati Yin”
Yan mencoba selalu memberi yang terbaik untuk Yin. Berusaha supaya Yin menganggapnya lebih dari seorang sahabat . Yan selalu ada mulai dari Yin senang maupun sedih. Tapi tidak pernah sekalipun mereka berdua membahas tentang percintaan masing masing. Hingga akhirnya ketika mereka berdua berada dalam suatu cafe..
“Yaan.. gue pengen cerita soal sesuatu deeh..”
“kenapa Yin? Pasti soal Yon? Haha” Yan sengaja membahas soal Yon untuk mengetahui perasaan Yin.
“Kok taau si Yaan? Haha. Gue kangen dia. Gue kangen masa masa kita masih maen bersama Yan”
“lo kangen dia apa kangen persahabatan kita? Masih aja belom Move On Yin” Yan sedikit lemas mendengar perkataan Yin.
“Move On? Kayak nya susah Yan, gatau kenapa. Kangen pas kita maen bareng bareng tau Yan”
“cari dong yang baru, kan banyak yang ganteng contohnya gue nih ganteng haha. Sama gue juga kangen Yin haha”
“haha iya emang, gue akuin kok sekarang lo ganteng Yan. Kapan kapan maen yuukk, nanti gue hubungin Yon deh”
“haha oke kabarin gue aja Yin”
“iyaa, gue duluan yak Yon ada acara sama temen nih”
“hati hati Yin”
‘Kenapa persahabatan ini jadi kayak gini?
bakal gimana kedepannya nanti? Gue harus selalu siap untuk perjalanan panjang kedepannya.
Gue yakin jodoh itu ga kemana mana. Kalo pun emang bukan jodoh gue, kita itu
tetep sahabat’ dalam hati, yon berfikir
seperti itu
‘Kenapa Yon bicara seperti tadi? Apa
jangan jangan dia ada rasa sama gue? Ga mungkin.. gue tau kok semua tentang
Yon, ga mungkin dia ada rasa sama gue. Gue gamau persahabatan ini hancur Cuma gara
gara beginian. Bakal gue jaga kok persahabatan ini’ dalam hati, Yin berfikir
Perjalanan hidup dan cinta Yin,Yon dan
Yan dimulai...
Ini
bukan tentang seberapa lama kau memendam perasaan. Tapi tentang seberapa kuat
kau bisa memendam perasaan yang akan terus bertambah apabila seseorang itu
selalu berada didekatmu. Ingin menyatakan,
tapi selalu menjaga agar persahabatan tetap utuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar